Senin, 03 Februari 2014

Meningkatkan Efisiensi Perkawinan



1. Perkawinan Alami 
             Cara mudah untuk mendapatkan angka kebuntingan yang tinggi adalah dengan sistem kawin alam.  Rasio antara jantan dan betina dalam perkawinan alami ini dapat 1:10 – 1:50 ekor, bahkan dengan manajemen perkawinan yang baik, jumlah betina dapat ditingkatkan. Di daerah tropis, siklus birahi pada kambing dapat terjadi sepanjang tahun, sesuai dengan rithme reproduksinya asalkan kondisi tubuh ternak mendukung terjadinya proses reproduksi (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991; Sutama et al., 1993; Sutama, 2009). Namun kelahiran setiap saat sepanjang tahun justru akan mengakibatkan tingginya alokasi waktu petani untuk mengurus induk dan anak kambing yang baru lahir. Untuk mengatasi hal ini, telah dilakukan sinkronisasi birahi dan ovulasi secara hormonal menggunakan PGF2α (prostaglandin analog) atau progesteron sinthetis, dan diperoleh persentase birahi secara serempak mencapai 80 – 100% (Artiningsih et al., 1996; Adiati et al.; 1998; Sutama et al., 2002a; Semiadi et al., 2003).
Dampak dari banyaknya kambing yang birahi dan kawin secara serempak maka manajemen pemeliharaan akan lebih mudah dilakukan dan lebih efisien. Di samping itu jumlah anak yang lahir dalam satuan waktu meningkat dan pada akhirnya pendapatan petani meningkat.
Di samping sinkronisasi secara hormonal, sikronisasi secara biologis dengan menggunakan pejantan (efek pejantan) lebih murah dan mudah dilaksanakan (Oldham, 1980; Knight, 1983; Adiati et al., 1998). Pheromon yang dikeluarkan pejantan menyebabkan peningkatan sekresi luteinizing hormone (LH) pada betina dalam waktu sekitar 2 jam. Sekresi LH tersebut kemudian diikuti dengan peningkatan sekresi hormon estrogen yang menyebabkan terjadinya birahi, dan lonjakan sekresi LH berikutnya menyebabkan ovulasi (Chesworth dan Tait, 1974).
Untuk memperoleh hasil sinkronisasi yang lebih tinggi, ternak betina diisolasi dari ternak jantan selama 3 – 4 minggu, baik secara fisik, pengelihatan, suara dan bau.  Kemudian secara tiba-tiba ternak betina diintroduksi pada pejantan atau sebaliknya. Dalam waktu 2-8 hari, ternak betina akan menunjukkan tanda-tanda birahi dan perkawinan terjadi secara normal. Namun tingkat kebuntingan yang diperoleh relatif rendah (30%) (Adiati et al., 1998).  Bagi ternak yang tidak bunting, siklus birahi berikutnya (20 hari kemudian) akan terjadi secara normal.

2. Inseminasi Buatan
Pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB) mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan produktivitas ternak dan efisiensi usaha, terutama dalam memanfaatkan pejantan unggul, dan menurunkan biaya pemeliharaan pejantan.
Teknologi IB berhubungan erat dengan teknik pengenceran semen, penyimpanan, pendeteksian waktu birahi dan teknis inseminasi. Beberapa jenis pengencer yang telah dikembangkan untuk mengawetkan semen sapi, kerbau, domba dan kambing adalah laktose (Jellinek et al., 1980), susu skim (Herdis et al., 2002) dan tris-sitrat (Tambing et al., 2000; 2001;  2003a, 2003b; Sutama, 2002; Kostaman dan Sutama, 2006).
Berbeda halnya pada sapi, IB pada kambing belum banyak dilakukan. Kesulitan dalam melakukan deposisi semen intra-uterine merupakan salah satu kendala IB pada kambing. Servik kambing yang berkelok-kelok (berbentuk spiral) menyulitkan alat inseminasi (insemination gun) dapat masuk sampai ke uterus.  Umumnya deposisi semen hanya dapat dilakukan diluar servik atau dalam vagina sehingga tingkat kebuntingan yang diperoleh masih rendah yaitu sekitar 30% (Budiarsana dan Sutama, 2001; Sutama et al., 2002b; Ngangi, 2002).
Untuk meningkatkan keberhasilan IB, beberapa inovasi teknologi telah diterapkan di antaranya dengan melakukan IB pada waktu yang tepat (35-40 jam setelah onset birahi) dan inseminasi dilakukan 2 kali dalam selang waktu 12 jam. Melalui teknik ini tingkat kebuntingan yang diperoleh meningkat dari sekitar 30% menjadi 41-56% (Budiarsana dan Sutama, 2001; Sutama et al., 2002b). Tingkat keberhasilan IB yang lebih tinggi (70%-80%) diperoleh dengan melakukan IB di dalam uterus (Susilawati dan Afroni, 2008), dengan menggunakan alat IB yang memungkinkan gun IB melewati servik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar