1. Perkawinan Alami
Cara mudah untuk mendapatkan angka
kebuntingan yang tinggi adalah dengan sistem kawin alam. Rasio antara
jantan dan betina dalam perkawinan alami ini dapat 1:10 – 1:50 ekor, bahkan
dengan manajemen perkawinan yang baik, jumlah betina dapat ditingkatkan. Di
daerah tropis, siklus birahi pada kambing dapat terjadi sepanjang tahun, sesuai
dengan rithme reproduksinya asalkan kondisi tubuh ternak mendukung terjadinya
proses reproduksi (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991; Sutama et al., 1993;
Sutama, 2009). Namun kelahiran setiap saat sepanjang tahun justru akan
mengakibatkan tingginya alokasi waktu petani untuk mengurus induk dan anak
kambing yang baru lahir. Untuk mengatasi hal ini, telah dilakukan sinkronisasi
birahi dan ovulasi secara hormonal menggunakan PGF2α (prostaglandin analog)
atau progesteron sinthetis, dan diperoleh persentase birahi secara serempak mencapai
80 – 100% (Artiningsih et al., 1996; Adiati et al.; 1998; Sutama et al., 2002a;
Semiadi et al., 2003).
Dampak dari banyaknya kambing yang
birahi dan kawin secara serempak maka manajemen pemeliharaan akan lebih mudah
dilakukan dan lebih efisien. Di samping itu jumlah anak yang lahir dalam satuan
waktu meningkat dan pada akhirnya pendapatan petani meningkat.
Di samping sinkronisasi secara
hormonal, sikronisasi secara biologis dengan menggunakan pejantan (efek
pejantan) lebih murah dan mudah dilaksanakan (Oldham, 1980; Knight, 1983;
Adiati et al., 1998). Pheromon yang dikeluarkan pejantan menyebabkan
peningkatan sekresi luteinizing hormone (LH) pada betina dalam waktu sekitar 2
jam. Sekresi LH tersebut kemudian diikuti dengan peningkatan sekresi hormon estrogen
yang menyebabkan terjadinya birahi, dan lonjakan sekresi LH berikutnya
menyebabkan ovulasi (Chesworth dan Tait, 1974).
Untuk memperoleh hasil sinkronisasi
yang lebih tinggi, ternak betina diisolasi dari ternak jantan selama 3 – 4
minggu, baik secara fisik, pengelihatan, suara dan bau. Kemudian secara
tiba-tiba ternak betina diintroduksi pada pejantan atau sebaliknya. Dalam waktu
2-8 hari, ternak betina akan menunjukkan tanda-tanda birahi dan perkawinan
terjadi secara normal. Namun tingkat kebuntingan yang diperoleh relatif rendah
(30%) (Adiati et al., 1998). Bagi ternak yang tidak bunting, siklus
birahi berikutnya (20 hari kemudian) akan terjadi secara normal.
2. Inseminasi Buatan
Pemanfaatan teknologi inseminasi
buatan (IB) mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan
produktivitas ternak dan efisiensi usaha, terutama dalam memanfaatkan pejantan
unggul, dan menurunkan biaya pemeliharaan pejantan.
Teknologi IB berhubungan erat dengan
teknik pengenceran semen, penyimpanan, pendeteksian waktu birahi dan teknis
inseminasi. Beberapa jenis pengencer yang telah dikembangkan untuk mengawetkan
semen sapi, kerbau, domba dan kambing adalah laktose (Jellinek et al., 1980),
susu skim (Herdis et al., 2002) dan tris-sitrat (Tambing et al., 2000; 2001;
2003a, 2003b; Sutama, 2002; Kostaman dan Sutama, 2006).
Berbeda halnya pada sapi, IB pada
kambing belum banyak dilakukan. Kesulitan dalam melakukan deposisi semen
intra-uterine merupakan salah satu kendala IB pada kambing. Servik kambing yang
berkelok-kelok (berbentuk spiral) menyulitkan alat inseminasi (insemination
gun) dapat masuk sampai ke uterus. Umumnya deposisi semen hanya dapat
dilakukan diluar servik atau dalam vagina sehingga tingkat kebuntingan yang
diperoleh masih rendah yaitu sekitar 30% (Budiarsana dan Sutama, 2001; Sutama
et al., 2002b; Ngangi, 2002).
Untuk meningkatkan keberhasilan IB,
beberapa inovasi teknologi telah diterapkan di antaranya dengan melakukan IB
pada waktu yang tepat (35-40 jam setelah onset birahi) dan inseminasi dilakukan
2 kali dalam selang waktu 12 jam. Melalui teknik ini tingkat kebuntingan yang
diperoleh meningkat dari sekitar 30% menjadi 41-56% (Budiarsana dan Sutama,
2001; Sutama et al., 2002b). Tingkat keberhasilan IB yang lebih tinggi
(70%-80%) diperoleh dengan melakukan IB di dalam uterus (Susilawati dan Afroni,
2008), dengan menggunakan alat IB yang memungkinkan gun IB melewati servik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar