Senin, 03 Februari 2014

Laporan Praktikum ( DARAH )



Laporan Individu

 DARAH II DAN V


NAMA                 :  RUSLAN
NIM                     :  I 111 11 903
KELOMPOK      :  III ( TIGA )
GELOMBANG   :  II ( DUA )
ASISTEN             :



                         
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah merupakan suatu jaringan yang berbentuk cair yang beredar dari jantung ke seluruh tubuh membawa oksigen, karbondioksida, zat-zat makanan dan sisa metabolit.
Komposisi darah tergantung pada keadaan komponen yang menyusunnya seperti plasma darah, eritrosit, leukosit, dan trombosit. Di dalam eritrosit terdapat zat merah darah yang disebut hemoglobin, berfungsi untuk mengikat oksigen di dalam darah. Hemoglobin akan menjadi merah cerah jika mengandung banyak oksigen dan akan menjadi merah gelap jika mengandung banyak karbondioksida.
Darah merupakan jaringan yang cukup peka terhadap kondisi lingkungannya.  Dalam keadaan tertentu darah dapat mengalami berbagai proses perubahan kimiawi karena kondisi larutan atau cairan yang berada di sekelilingnya .  Bila darah berada dalam lingkungan yang hipotonis maka darah akan mengalami hemolisis, sedangakan bila darah berada dalam lingkungan yang hipertonis maka darah akan mengalami krenasi.
Atas dasar inilah dilakukan praktikum tentang darah untuk melihat bagaimana proses hemolisis dan krenasi itu terjadi serta faktor-faktor penyebabnya seperti tekanan osmotik eritrosit, menghitung berat jenis darah, golongan darah, tekanan darah, dan diferensiasi leukosit.

Tujuan dan Kegunaan
A.    Hemolisa dan Krenasi
Tujuan dari praktikum mengenai hemolisa dan krenasi adalah untuk mengamati bentuk sel darah merah setelah mengalami hemolisa dan krenasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 Kegunaan praktikum mengenai hemolisa dan krenasi adalah dapat membedakan sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sel darah merah yang mengalami krenasi.
B.     Tekanan Osmotik Eritrosit
Tujuan praktikum mengenai tekanan osmotik eritrosit adalah untuk melihat proses masuknya zat ke dalam sel darah dan melihat perbedaan bentuk sel yang diberi larutan dengan kadar yang berbeda.
Kegunaan praktikum mengenai tekanan osmotik eritrosit adalah agar dapat mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya hemolisa dan krenasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C.     Berat Jenis Darah
Tujuan dari praktikum mengenai berat jenis darah adalah untuk megetahui berat jenis darah pada sampel darah ternak dan mengetahui bagaimana cara mengukur berat jenis darah.
Kegunaan dari praktikum mengenai berat jenis darah adalah dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis darah pada ternak.
D.    Golongan Darah
 Tujuan dari praktikum mengenai golongan darah adalah untuk mengetahui penggolongan darah pada manusia dengan sistem ABO.
Kegunaan dari praktikum mengenai golongan darah adalah dapat mengetahui cara penentuan golongan darah pada seseorang.
E.     Tekanan Darah
Tujuan dari praktikum mengenai tekanan darah adalah untuk menentukan tekanan darah pada seseorang setelah melakukan berbagai kegiatan dan mengetahui cara menggunakan spygnomanometer.
Kegunaan dari praktikum mengenai tekanan darah adalah agar dapat mengetahui pengaruh aktivitas terhadap tekanan darah.
F.      Diferensiasi Leukosit
Tujuan dari praktikum mengenai diferensiasi leukosit adalah untuk melihat bentuk-bentuk leukosit baik yang berbentuk granula maupun yang berbentuk agranula.
Kegunaan praktikum mengenai diferensiasi leukosit adalah agar dapat mengetahui secara langsung bagian-bagian leukosit dan membedakan warna, bentuk dan ciri khas dari masing-masing bagian tersebut.




METODOLOGI PRAKTEK
Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Darah II dan V dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Februari 2008, pukul 08.30.00-12.30, di Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada Praktikum Darah II dan V adalah Mikroskop, Vaccinostyle, gelas objek, deck glass, gelas arloji, tabung reaksi dan raknya, pipet, laktodensimeter, spygnomanometer, dan stetoskop.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Darah II dan V adalah sampel darah yang telah ditambah antikoagulan (EDTA) dalam perbandingan 4:1, larutan NaCl 5%, 3%, alkohol dan kapas, serum anti A, serum anti B, dan serum anti AB.

Metode Praktikum
A.    Hemolisa dan Krenasi
Mengambil 3 buah tabung reaksi (A, B, C) kemudian mengisinya dengan masing- masing 1cc darah kemudian menambahkan pada tabung A 3 cc aquadest, pada B: 3 cc NaCl 3% dan C dibiarkan seperti semula, kemudian mengambil setetes darah yang telah dicampur dan meletakkannya di atas gelas objek kemudian mengamatinya di bawah mikroskop.  Menuangkan dari tiap-tiap tabung sejumlah darah yang sama banyaknya ke dalam 3 buah gelas arloji dan memperhatikan gelas arloji tersebut di atas dasar hitam dan di atas dasar putih (kertas putih yang tidak ada hurufnya).  Mengambil masing-masing setetes dar gelas arloji tadi dan meletakkannya di atas  objek glass dan mengamatinya di bawah mikroskop dan secara makroskopik.
B.  Tekanan Osmotik Eritrosit
Memberi nomor pada seri tabung reaksi yang bersih dari 1-6 kemudian masukkkan larutan NaCl 5% sebanyak 0,1 cc, 0,3 cc, 0,6 cc, 0,9 cc, 1,5 cc, dan 2,5 cc.  Kemudian pada tabung ditambahkan aquades, sehingga jumlah setiap tabung dari seluruh larutan menjadi 5 cc. Mensuk jari dengan vaccinostyle setelah membersihkannya dengan alkohol kemudian meneteskan 1 tetes darah ke dalam setiap tabung, dan mengamatimnya setelah 30 menit tabung manakah yang memperlihatkan tidak adanya lapisan merah pada bagian atas.  Selanjutnya mengamati perubahan yang terjadi antara tabung No. 1-6 , tabung manakah yang permukaan bagian atasnya paling dahulu menjadi merah dan kemudian memriksa setiap perubahan yang terjadi.
C.  Berat Jenis Darah
Cara Laktodensimeter
   Memasukkan darah ke dalam tabung laktodensimeter kemudian menempatkannya  di permukaan yang rata dan datar, setelah itu memasukkan laktodensimeter ke dalam tabung dan mencatat skalanya.

Analisis Data
Darah yang diperoleh pada percobaan tekanan osmotik eritrosi diolah dengan rumus sebagai berikut :
 N1 V1 = N2 V2
 N2       = N1 V1
                    V2


Keterangan :
N1  = Konsentrasi awal NaCl 5 %
N2  = Konsentrasi akhir NaCl 5 %
V1  = Volume awal larutan
V2  = Volume akhir larutan   



 

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hemolisa dan Krenasi
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 3.  Hasil Pengamatan Darah dalam Gelas Arloji
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
                                                                                                                                                                                                                      













 




                   A                                             B                                        C
Keterangan :  A.  satu tetes darah + 3 cc NaCl 3%
B.  satu tetes darah + 3 cc aquades
C.  satu tetes darah
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2006
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara darah yang ditambah NaCl 3% warnanya lebih keruh, hal ini disebabkan karena membran selnya tidak pecah.  Tekanan osmotik pada larutan NaCl 3% lebih tinggi daripada sel darah merah  yang menyebabkan terjadinya proses difusi dari cairan ekstrasel ke dalam sel darah merah sehingga cairan yang berada dalam sel eritrosit keluar, sehingga membran selnya menjadi keriput yang disebut dengan krenasi.  Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), bahwa krenasi ialah peristiwa mengkerutnya sel darah karena cairan dalam sel darah keluar menuju cairan eksternal yang konsentrasinya lebih tinggi.
Pada gelas arloji B yang berisi 3 cc aquades 3% ditambah satu tetes darah terlihat larutan tidak keruh atau tembus pandang, hal ini disebabkan oleh membran yang telah pecah akibat kemasukan cairan yang terlalu banyak karena lrutan bersifat hipotonis sehingga terjadi proses osmosis.  Apabila proses osmosis ini terus berlangsung maka membran sel darah akan pecah yang dikenal dengan istilah hemolisis.  Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006), bahwa hemolisis adalah peristiwa keluanya hemoglobin dari sel darah merah yang disebabakan oleh medium/plasma yang hipotonis.
Secara makroskopis, sel darah merah yang mengalami hemolisa bentuknya bikonkaf, tetapi tidak mengandung hemoglobin sedangkan yang mengalami krenasi bentuknya bikonkaf dan keriput dan tetap mengandung hemoglobin, sedangkan yang normal bentuknya tetap bikonkaf dan tetap memiliki hemoglobin.  Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa jika sel darah merah dimasukkan ke dalam air murni  maka akan terjadi proses difusi ke dalam sel  karena air bersifat hipotonis terhadap sel darah.  Dinding sel dari sel darah merah sangat rapuh dan tidak tahan akan peningkatan dalam sel sehingga pecah.  Jika sel darah merah dimasukkan ke dalam air laut  maka cairan dari sel darah akan keluar dengan cara osmosis sehingga pada akhirnya sel darah akan mengkerut.  Hal ini disebabkan karena air laut dalam sutau volume tertentu mengandung jumlah molekul air yang lebih kecil dari volume yang sama dari sitoplasma sel darah merah karena air laut tersebut hipertonis terhadap sitoplasma sel.
B.     Tekanan Osmotik Eritrosit
Berdasarkan Praktikum Fisologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Gambar 4.  Hasil Pengamatan Tekanan Osmotik Eritrosit

LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR








          I                  II                     III                     IV                    V                 VI
Keterangan :
Tabung I    :  0,1 cc NaCl 5% + 4,9 cc aquades + 1 tetes darah
Tabung II   :  0,3 cc NaCl 5% + 4,7 cc aquades + 1 tetes darah
Tabung III  :  0,6 cc NaCl 5% + 4,4 cc aquades + 1 tetes darah
Tabung IV  :  0,9 cc NaCl 5% + 4,1 cc aquades + 1 tetes darah
Tabung V   :  1,5 cc NaCl 5% + 3,5 cc aquades + 1 tetes darah
Tabung VI  :  3,5 cc NaCl 5% + 1,5 cc aquades + 1 tetes darah
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisioloigi Ternak Dasar, 2006
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabung I, III, dan IV dipeoleh hasil yang sama walaupun terdapat sedikit perbedaan, hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah larutan NaCl dan aquades yang diberikan setiap tabung.  Pada tabung I, III, dan IV agak berwarna jernih disebabakan oleh adanya sifat osmotik eritrosit yang terdapat dalam darah.  Sedangkan pada tabung II, V, dan VI karena adanya penambahan larutan yang bersifat pekat dalam jumlah yang banyak menyebabkan sel-sel darah mengkerut sehingga agak gelap dan sulit ditembus cahaya.  Hal ini sesuai dengan pendapat Guyton (1997), bahwa membran semipermeabel memberikan tekanan pada larutan Natrium Klorida, osmosis air ke dalam larutan ini akan diperlambat, terhenti atau bahkan membalik.  Besaran pasti yang diperlukan untuk menghentikan osmotik tersebut disebut tekanan osmotik larutan Natrium Klorida.
Hemolisa sempurna adalah peristiwa pecahnya trombosit dalam sel darah merah yang mengakibatkan tidak adanya lagi hemoglobin dalam darah (Sonjaya,2005).

C.     Golongan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Gambar 5.  Hasil Pengamatan Golongan Darah pada Pria dan Wanita
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR















Keterangan Darah Milik :
Nama                  :Faisal S.                            Nama                   : Khaerunnisa
Jenis Kelamin     : Laki-laki                          Jenis Kelamin      : Perempuan
Umur                  :  21 Tahun                         Umur                   : 20 Tahun
Golongan Darah : A                                      Golongan Darah : O
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar,2008
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pada darah laki-laki yang diletakkan pada ABO screen menggumpal setelah diberi serum anti A sedangkan yang lain tidak menggumpal.  Ini menandakan bahwa darah tersebut termasuk ke dalam golongan darah A. sedangkan pada darah perempuan yang diletakkan pada ABO screen tidak terjadi gumpalan sama sekali, baik diberi anti A, anti B, maupun anti AB. Golongan darah A hanya dapat diberikan kepada orang yang berdarah A dan AB karena golongan darah AB tidak mempunyai aglutinin.  Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), bahwa golongan darah A hanya dapat diberikan kepada orang yang tidak memilki antibodi a, yaitu golongan darah A dan AB.  Orang yang bergolongan darah O disebut donor universal, sedangkan orang yang bergolongan darah AB disebut resipien universal.
Golongan darah adalah jumlah dari semua antigen serologikal, faktor golongan darah yang, melekat pada membran sel darah merah.  Faktor golongan darah diturunkan secara bebas satu sama lain.  Antigen (antikoagulan) adalah senyawa kimia protein yang biasa disuntikkan ke suatu individu yang kekurangan antigen tersebut akan menyebabkan pembentukan senyawa khusus yang menetralisir antigen.  Penggolongan darah A, B, O didasrkan pada ada tidaknya antibodi dalam tubuh kita masing-masing.
Sistem golongan darah ABO dan reaksi golongan darah terhadap serum anti A dan anti B.
Golongan Darah
Aglutinogen
Aglutinin
Reaksi dengan Serum
Anti A
Anti B
O
Tidak terdapat
a dan b
-
-
A
A
b
Aglutinasi
-
B
B
a
-
Aglutinasi
AB
A dan B
Tidak terdapat
Aglutinasi
Aglutinasi

Penjelasan pada penggolongan darah yaitu pada transfusi darah dari satu orang ke orang lain, daerah donor dan darah resipien dalam keadaan normal diklasifikasikan dalam 4 golongan darah A, B, O utama tergantung ada tidaknya kedua aglutinogen tipe A, darah digolongkan A, bila hanya terdapat aglutinogen hanya terdapat aglutinogen tipe B darah digolongkan AB.  Selanjutnya dikatakan bahwa sel darah merah digolongkan darah O tidak mempunyai aglutinogen oleh karena itu tidak bereaksi dengan serum anti A dan serum anti B.

E.  Tekanan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Tabel 4.  Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Manusia
No
PUTRA
PUTRI
Terlentang
Duduk
Berdiri
Terlentang
Duduk
Berdiri
1
120/70
170/90
120/80
110/70
110/80
110/90
2
110/80
110/90
120/80
110/80
110/90
120/70
3
115/90
110/70
110/70
110/70
110/90
110/90
X
115/80
130/83
116/76
110/73
110/86
113/83
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2006
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat kita lihat tekanan darah pada masing-masing kelompok baik putra maupun putri berbeda satu sama lainnya.  Tekanan darah adalah tekanan terhadap dinding pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan berubah-ubah setiap siklus jantung.  Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa siklus jantung berkontraksi saat ventrikal kiri memaksa darah masuk ke aorta yaitu   tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistole, sehingga tekanan masing-masing dapat berubah.
Diastole merupakan keadaan dimana jantung berelaksasi atau istirahat.  Pada waktu diastole, kelenturan dinding di bagian pertama arteri tersebut membantu mendorong ke arah bagian berikut dari arteri yang kemudian menjadi lebar.  Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa pada waktu diastole tekanan emenurun sampai mencapai titik terendah maka disebut diastole, sedangkan peristole merupakan waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permukaan kontraksi ventrikel.
Tekanan darah pada setiap individu berbeda-beda dan cenderung selalu berubah-ubah.  Perbedaan tekanan darah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekuatan jantung memompa darah dan banyaknya darah dalam pembuluh darah.  Hal ini sesuai dengan pendapat Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah darah dan aktivitas memompa jantung yaitu mendorong sepanjang pembuluh darah dan tekanan aliran darah dan selanjutnya dikatakan bahwa tekanan darah adalah gaya yang dilakukan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah.  Tekanan darah normal pada pria yaitu 120/80 mmHg dan wanita 110/70 mmHg
Perbedaan tekanan darah yang diperoleh pada percobaan tekanan darah disebabkan karena perbedaan aktivitas pada saat pengukuran tekanan darah.  Hal ini sesuai pendapat Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang empengaruhi tekanan darah yaitu (1) jumlah darah yang berada dalam peredaran darah, (2) aktivitas memompa jantung yaitu mendorong darah sepanjang pembuluh darah, (3) tekanan terhadap aliran darah.  
Cara pengukuran tekana darah dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.  Hal ini sesuai dengan pendapat Syaifuddin (2002), bahwa cara pengukuran langsung dengan alat yang disebut spygnomanometer dan stetoskop yang dilakukan pada arteri brachialis si lekuk siku yang biasa diraba dengan jelas, bunyi jantung dapat diketahui  dengan mendengarkan pukulan pada arteri brachialis dimana bunyi pertama sebagai tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi.  Sedangkan secara tidak langsung menggunakan usaha pengontrolan yaitu dilakukan oleh arteri yang paling kecil yaitu arteriol, dimana saat darah masuk ke dalam kapiler tekanan tersebut mendapat sistole dan diastole dari aliran darah yang dipercobakan.



F.  Diferensiasi Leukosit
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Gambar 6.  Hasil Pengamatan Diferensiasi Leukosit
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
                                                                
Keterangan :  A. Netrofil
                       B. Basofil
                       C. Eosonofil

Sumber : Data Hasil Praktikum Fisologi Ternak Dasar, 2006
Berdasarkan hasil praktikum diferensiasi leukosit maka diperoleh hasil yang terlihat adalah sel darah putih yang memiliki granula yaitu netrofil, basofil, dan eosonofil.  Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), bahwa sel darah putih bergranula terdiri dari netrofil yang memiliki ciri berwarna hijau atau merah dalam pewarnaan basah, jumlahnya terbanyak dibanding sel darah putih, merupakan garis pertahanan tubuh untuk melawan infeksi dan bermigrasi ke daerah yang dikuasai bakteri.  Sedangakan eosonofil cirinya merupakan leukosit yang bergranula berwarna merah dengan pewarnaan asam, jumlahnya sangat sedikit, intinya punya dua lobus, sifatnya menghancurkan dan detoksifikasi.  Sedangakn basofil, cirinya mengandung granula berwarna biru ditemukan sangat jarang dalam darah, intinya berbentuk S, diduga menghasilkan koagulan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
-          Hemolisa terjadi karena tekanan osmotik dalam sel lebih rendah dibanding di luar sel, sedangkan pada larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah dari darah maka akan menyebabkan terjadinya krenasi.
-          Tekanan osmotik eritrosit, tekanan osmotik yang lebih rendah dari tekanan osmotik darah disebut larutan hipotonis yang dapat menyebabakan sel darah merah mengalami hemolisa, sedangkan tekanan osmotik yang lebih tinggi dari tekanan darah disebut hipertonis yang dapat menyebabkan sel darah mengkerut dan larrutan yang tekanannya sama dengqantekanan darah disebut larutan isotonis.
-          Golongan darah yang diperoleh adalah golonga darah A dan B.  Pada manusia penggolongan darah didasarkan atas ada tidaknya aglutoinogen dan aglutinin dalam darah.  Ada empat macam golongan darah yaitu A, B, AB, dan O.  penggumpalan darah akan terjadi apabila aglutinogen dari suatu golongan darah bertemu dengan aglutinin golongan darah yang lain.
-          Tekanan darah yang diperoleh pada pria pada saat terlentang yaitu 115/80, pada saat duduk yaitu 130/83, dan pada saat berdiri yaitu 116,76 mmHg, sedangkan pada wanita pada saat terlentang yaitu 110/73, pada saat duduk yaitu 110/86, pada saat berdiri yaitu 113/83 mmHg.  tekanan darah normal l  pada manusia dewasa yaitu 120/80 mmHg.  Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah darah yang ada di peredaran darah yang dapat membesarkan pembuluh darah, aktivitas memompa jantung, dan tekanan terhadap aliran darah.
-          Diferensiasi leukosit, sel darah putih dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya granula dalam sitoplasma leukosit yang memiliki granula (granulosit) dan terdiri dari netrofil, basofil, dan eusonofil, sedangkan leukosit yang vtidak memiliki granula (agranulosit) terdiri dari limfosit dan monosit.  


DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D.  1992.  Anatomi dan Fisiologi Ternak.  Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Guyton, C. R.  1991.  Text Book of Medical Physiology.  WBSounders Co, Philadelphia.

Sonjaya, H.  2005.  Bahan Ajar Fisilogi Ternak Dasar Fakultas Peternakan.  Universitas Hasanuddin, Makassar.

       ­­___    .  2006.  Penuntun  Praktikum Fisilogi Ternak Dasar Fakultas Peternakan.  Universitas Hasanuddin, Makassar.

Syaifuddin, B. 2002.  Anatomi dan Fisiologi Ternak untuk Sistem Keperawatan.  Penerbit Buku Kedokteran.  Jakarta.

Wulangi, S.K.  1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral PendidikanTinggi.  Jakarta.





LAMPIRAN:
Lampiran 1.  Hasil Perhitungan Tekanan Osmotik Eritrosit


N2   = N1 V1
              V2


Keterangan :
N1  = Konsentrasi awal NaCl
N2 = Konsentrasi akhir NaCl
V1=Volume awal larutan
V2= Volume akhir larutan

Penyelesaian :


Tabung IV  
    
           N2   =   0,9 X 5
                             5
                   =   0,9%

            Tabung V

            N2  =   1,5 X 5
                             5
                   =    1,5%

            Tabung VI

            N2  =   2,5 X 5
                             5
                   =   2,5%

 
 
Tabung I 
                                                                  
N2   =  0,1 X 5                       
                 5                                          
        =  0,1%                                  


Tabung II    
                                        
N2   =  0,3 X 5                   
                 5                                       
        =  0,3%                                   

Tabung III
                       
N2   =  0,6 X 5                
                 5                                             
        =  0,6%