Laporan Individu
DARAH II DAN V
NAMA : RUSLAN
NIM : I 111 11 903
KELOMPOK : III ( TIGA )
GELOMBANG : II (
DUA )
ASISTEN :
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah merupakan suatu jaringan yang berbentuk cair yang
beredar dari jantung ke seluruh tubuh membawa oksigen, karbondioksida, zat-zat
makanan dan sisa metabolit.
Komposisi darah tergantung pada keadaan komponen yang
menyusunnya seperti plasma darah, eritrosit, leukosit, dan trombosit. Di dalam
eritrosit terdapat zat merah darah yang disebut hemoglobin, berfungsi untuk
mengikat oksigen di dalam darah. Hemoglobin akan menjadi merah cerah jika
mengandung banyak oksigen dan akan menjadi merah gelap jika mengandung banyak
karbondioksida.
Darah merupakan jaringan yang cukup peka terhadap
kondisi lingkungannya. Dalam keadaan
tertentu darah dapat mengalami berbagai proses perubahan kimiawi karena kondisi
larutan atau cairan yang berada di sekelilingnya . Bila darah berada dalam lingkungan yang
hipotonis maka darah akan mengalami hemolisis, sedangakan bila darah berada
dalam lingkungan yang hipertonis maka darah akan mengalami krenasi.
Atas dasar inilah dilakukan praktikum tentang darah
untuk melihat bagaimana proses hemolisis dan krenasi itu terjadi serta
faktor-faktor penyebabnya seperti tekanan osmotik eritrosit, menghitung berat
jenis darah, golongan darah, tekanan darah, dan diferensiasi leukosit.
Tujuan dan Kegunaan
A.
Hemolisa dan Krenasi
Tujuan dari praktikum mengenai hemolisa dan krenasi
adalah untuk mengamati bentuk sel darah merah setelah mengalami hemolisa dan
krenasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan
praktikum mengenai hemolisa dan krenasi adalah dapat membedakan sel darah merah
yang mengalami hemolisis dan sel darah merah yang mengalami krenasi.
B.
Tekanan Osmotik Eritrosit
Tujuan praktikum mengenai tekanan osmotik eritrosit
adalah untuk melihat proses masuknya zat ke dalam sel darah dan melihat
perbedaan bentuk sel yang diberi larutan dengan kadar yang berbeda.
Kegunaan praktikum mengenai tekanan osmotik eritrosit
adalah agar dapat mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya hemolisa dan
krenasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C.
Berat Jenis Darah
Tujuan dari praktikum mengenai berat jenis darah adalah
untuk megetahui berat jenis darah pada sampel darah ternak dan mengetahui
bagaimana cara mengukur berat jenis darah.
Kegunaan dari praktikum mengenai berat jenis darah
adalah dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis darah pada
ternak.
D.
Golongan Darah
Tujuan dari
praktikum mengenai golongan darah adalah untuk mengetahui penggolongan darah
pada manusia dengan sistem ABO.
Kegunaan dari praktikum mengenai golongan darah adalah
dapat mengetahui cara penentuan golongan darah pada seseorang.
E.
Tekanan Darah
Tujuan dari praktikum mengenai tekanan darah adalah
untuk menentukan tekanan darah pada seseorang setelah melakukan berbagai
kegiatan dan mengetahui cara menggunakan spygnomanometer.
Kegunaan dari praktikum mengenai tekanan darah adalah
agar dapat mengetahui pengaruh aktivitas terhadap tekanan darah.
F.
Diferensiasi Leukosit
Tujuan dari praktikum mengenai diferensiasi leukosit
adalah untuk melihat bentuk-bentuk leukosit baik yang berbentuk granula maupun
yang berbentuk agranula.
Kegunaan praktikum mengenai diferensiasi leukosit adalah
agar dapat mengetahui secara langsung bagian-bagian leukosit dan membedakan
warna, bentuk dan ciri khas dari masing-masing bagian tersebut.
METODOLOGI PRAKTEK
Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Ternak
Dasar mengenai Darah II dan V dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Februari 2008,
pukul 08.30.00-12.30, di Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada Praktikum Darah II dan V adalah
Mikroskop, Vaccinostyle, gelas objek, deck glass, gelas arloji, tabung reaksi
dan raknya, pipet, laktodensimeter, spygnomanometer, dan stetoskop.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Darah II dan V
adalah sampel darah yang telah ditambah antikoagulan (EDTA) dalam perbandingan
4:1, larutan NaCl 5%, 3%, alkohol dan kapas, serum anti A, serum anti B, dan
serum anti AB.
Metode Praktikum
A.
Hemolisa dan Krenasi
Mengambil 3 buah tabung reaksi (A, B, C) kemudian
mengisinya dengan masing- masing 1cc darah kemudian menambahkan pada tabung A 3
cc aquadest, pada B: 3 cc NaCl 3% dan C dibiarkan seperti semula, kemudian
mengambil setetes darah yang telah dicampur dan meletakkannya di atas gelas
objek kemudian mengamatinya di bawah mikroskop.
Menuangkan dari tiap-tiap tabung sejumlah darah yang sama banyaknya ke
dalam 3 buah gelas arloji dan memperhatikan gelas arloji tersebut di atas dasar
hitam dan di atas dasar putih (kertas putih yang tidak ada hurufnya). Mengambil masing-masing setetes dar gelas arloji
tadi dan meletakkannya di atas objek
glass dan mengamatinya di bawah mikroskop dan secara makroskopik.
B. Tekanan
Osmotik Eritrosit
Memberi nomor pada seri tabung reaksi yang bersih dari
1-6 kemudian masukkkan larutan NaCl 5% sebanyak 0,1 cc, 0,3 cc, 0,6 cc, 0,9 cc,
1,5 cc, dan 2,5 cc. Kemudian pada tabung
ditambahkan aquades, sehingga jumlah setiap tabung dari seluruh larutan menjadi
5 cc. Mensuk jari dengan vaccinostyle setelah membersihkannya dengan alkohol
kemudian meneteskan 1 tetes darah ke dalam setiap tabung, dan mengamatimnya
setelah 30 menit tabung manakah yang memperlihatkan tidak adanya lapisan merah
pada bagian atas. Selanjutnya mengamati
perubahan yang terjadi antara tabung No. 1-6 , tabung manakah yang permukaan
bagian atasnya paling dahulu menjadi merah dan kemudian memriksa setiap perubahan
yang terjadi.
C. Berat Jenis
Darah
Cara
Laktodensimeter
Memasukkan
darah ke dalam tabung laktodensimeter kemudian menempatkannya di permukaan yang rata dan datar, setelah itu memasukkan
laktodensimeter ke dalam tabung dan mencatat skalanya.
Analisis Data
Darah yang diperoleh pada percobaan tekanan osmotik eritrosi diolah
dengan rumus sebagai berikut :
N1 V1 = N2 V2
N2 = N1 V1
V2
Keterangan :
N1
= Konsentrasi awal NaCl 5 %
N2
= Konsentrasi akhir NaCl 5 %
V1
= Volume awal larutan
V2
= Volume akhir larutan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hemolisa dan Krenasi
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 3. Hasil Pengamatan Darah
dalam Gelas Arloji
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
|
|||||||||||||||
A
B C
|
|||||||||||||||
Keterangan : A.
satu tetes darah + 3 cc NaCl 3%
B. satu
tetes darah + 3 cc aquades
C. satu tetes darah
|
Sumber : Data
Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2006
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara darah yang ditambah NaCl 3% warnanya lebih keruh, hal
ini disebabkan karena membran selnya tidak pecah. Tekanan osmotik pada larutan NaCl 3% lebih
tinggi daripada sel darah merah yang
menyebabkan terjadinya proses difusi dari cairan ekstrasel ke dalam sel darah
merah sehingga cairan yang berada dalam sel eritrosit keluar, sehingga membran
selnya menjadi keriput yang disebut dengan krenasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya
(2005), bahwa krenasi ialah peristiwa mengkerutnya sel darah karena cairan
dalam sel darah keluar menuju cairan eksternal yang konsentrasinya lebih
tinggi.
Pada gelas arloji B yang berisi 3 cc aquades 3% ditambah
satu tetes darah terlihat larutan tidak keruh atau tembus pandang, hal ini
disebabkan oleh membran yang telah pecah akibat kemasukan cairan yang terlalu
banyak karena lrutan bersifat hipotonis sehingga terjadi proses osmosis. Apabila proses osmosis ini terus berlangsung maka
membran sel darah akan pecah yang dikenal dengan istilah hemolisis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya
(2006), bahwa hemolisis adalah peristiwa keluanya hemoglobin dari sel darah
merah yang disebabakan oleh medium/plasma yang hipotonis.
Secara makroskopis, sel darah merah yang mengalami
hemolisa bentuknya bikonkaf, tetapi tidak mengandung hemoglobin sedangkan yang
mengalami krenasi bentuknya bikonkaf dan keriput dan tetap mengandung
hemoglobin, sedangkan yang normal bentuknya tetap bikonkaf dan tetap memiliki
hemoglobin. Hal ini sesuai dengan
pendapat Frandson (1992), bahwa jika sel darah merah dimasukkan ke dalam air
murni maka akan terjadi proses difusi ke
dalam sel karena air bersifat hipotonis terhadap
sel darah. Dinding sel dari sel darah merah sangat rapuh dan
tidak tahan akan peningkatan dalam sel sehingga pecah. Jika sel darah merah dimasukkan ke dalam air
laut maka cairan dari sel darah akan
keluar dengan cara osmosis sehingga pada akhirnya sel darah akan
mengkerut. Hal ini disebabkan karena air
laut dalam sutau volume tertentu mengandung jumlah molekul air yang lebih kecil
dari volume yang sama dari sitoplasma sel darah merah karena air laut tersebut
hipertonis terhadap sitoplasma sel.
B.
Tekanan Osmotik Eritrosit
Berdasarkan Praktikum Fisologi Ternak Dasar yang telah dilakukan
diperoleh:
Gambar 4. Hasil Pengamatan Tekanan Osmotik Eritrosit
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
I II III IV V VI
|
Keterangan :
Tabung I : 0,1 cc NaCl 5% + 4,9 cc aquades + 1 tetes
darah
Tabung II : 0,3 cc NaCl 5% + 4,7 cc aquades + 1 tetes
darah
Tabung III : 0,6 cc NaCl 5% + 4,4 cc aquades + 1 tetes
darah
Tabung IV
: 0,9 cc NaCl 5% + 4,1 cc
aquades + 1 tetes darah
Tabung V
: 1,5 cc NaCl 5% + 3,5 cc
aquades + 1 tetes darah
Tabung VI :
3,5 cc NaCl 5% + 1,5 cc aquades + 1 tetes darah
|
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisioloigi Ternak Dasar, 2006
Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada tabung I, III, dan IV dipeoleh hasil yang sama walaupun terdapat
sedikit perbedaan, hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah larutan NaCl dan
aquades yang diberikan setiap tabung.
Pada tabung I, III, dan IV agak berwarna jernih disebabakan oleh adanya
sifat osmotik eritrosit yang terdapat dalam darah. Sedangkan pada tabung II, V, dan VI karena
adanya penambahan larutan yang bersifat pekat dalam jumlah yang banyak
menyebabkan sel-sel darah mengkerut sehingga agak gelap dan sulit ditembus
cahaya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Guyton (1997), bahwa membran semipermeabel memberikan tekanan pada larutan Natrium
Klorida, osmosis air ke dalam larutan ini akan diperlambat, terhenti atau
bahkan membalik. Besaran pasti yang
diperlukan untuk menghentikan osmotik tersebut disebut tekanan osmotik larutan
Natrium Klorida.
Hemolisa sempurna adalah
peristiwa pecahnya trombosit dalam sel darah merah yang mengakibatkan tidak
adanya lagi hemoglobin dalam darah (Sonjaya,2005).
C.
Golongan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan
diperoleh:
Gambar 5. Hasil Pengamatan Golongan Darah pada Pria dan
Wanita
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
|
|||||||||
![]() |
|||||||||
Keterangan Darah
Milik :
Nama :Faisal S. Nama : Khaerunnisa
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 Tahun Umur : 20 Tahun
Golongan Darah : A Golongan Darah
: O
|
Sumber : Data
Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar,2008
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa pada darah laki-laki yang diletakkan pada ABO screen
menggumpal setelah diberi serum anti A sedangkan yang lain tidak menggumpal. Ini menandakan bahwa darah tersebut termasuk
ke dalam golongan darah A. sedangkan pada darah perempuan yang diletakkan pada
ABO screen tidak terjadi gumpalan sama sekali, baik diberi anti A, anti B,
maupun anti AB. Golongan darah A hanya dapat diberikan kepada orang yang
berdarah A dan AB karena golongan darah AB tidak mempunyai aglutinin. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya
(2005), bahwa golongan darah A hanya dapat diberikan kepada orang yang tidak
memilki antibodi a, yaitu golongan darah A dan AB. Orang yang bergolongan darah O disebut donor
universal, sedangkan orang yang bergolongan darah AB disebut resipien
universal.
Golongan darah adalah jumlah dari semua antigen
serologikal, faktor golongan darah yang, melekat pada membran sel darah
merah. Faktor golongan darah diturunkan
secara bebas satu sama lain. Antigen
(antikoagulan) adalah senyawa kimia protein yang biasa disuntikkan ke suatu
individu yang kekurangan antigen tersebut akan menyebabkan pembentukan senyawa
khusus yang menetralisir antigen.
Penggolongan darah A, B, O didasrkan pada ada tidaknya antibodi dalam
tubuh kita masing-masing.
Sistem golongan darah ABO dan reaksi
golongan darah terhadap serum anti A dan anti B.
Golongan
Darah
|
Aglutinogen
|
Aglutinin
|
Reaksi
dengan Serum
|
|
Anti
A
|
Anti
B
|
|||
O
|
Tidak
terdapat
|
a
dan b
|
-
|
-
|
A
|
A
|
b
|
Aglutinasi
|
-
|
B
|
B
|
a
|
-
|
Aglutinasi
|
AB
|
A
dan B
|
Tidak
terdapat
|
Aglutinasi
|
Aglutinasi
|
Penjelasan pada penggolongan darah yaitu pada transfusi
darah dari satu orang ke orang lain, daerah donor dan darah resipien dalam
keadaan normal diklasifikasikan dalam 4 golongan darah A, B, O utama tergantung
ada tidaknya kedua aglutinogen tipe A, darah digolongkan A, bila hanya terdapat
aglutinogen hanya terdapat aglutinogen tipe B darah digolongkan AB. Selanjutnya dikatakan bahwa sel darah merah
digolongkan darah O tidak mempunyai aglutinogen oleh karena itu tidak bereaksi
dengan serum anti A dan serum anti B.
E. Tekanan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah
dilakukan diperoleh:
Tabel 4.
Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Manusia
No
|
PUTRA
|
PUTRI
|
||||
Terlentang
|
Duduk
|
Berdiri
|
Terlentang
|
Duduk
|
Berdiri
|
|
1
|
120/70
|
170/90
|
120/80
|
110/70
|
110/80
|
110/90
|
2
|
110/80
|
110/90
|
120/80
|
110/80
|
110/90
|
120/70
|
3
|
115/90
|
110/70
|
110/70
|
110/70
|
110/90
|
110/90
|
X
|
115/80
|
130/83
|
116/76
|
110/73
|
110/86
|
113/83
|
Sumber : Data
Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2006
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat kita lihat
tekanan darah pada masing-masing kelompok baik putra maupun putri berbeda satu
sama lainnya. Tekanan darah adalah
tekanan terhadap dinding pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan berubah-ubah
setiap siklus jantung. Hal ini sesuai
dengan pendapat Frandson (1992), bahwa siklus jantung berkontraksi saat
ventrikal kiri memaksa darah masuk ke aorta yaitu tekanan naik sampai puncak yang disebut
tekanan sistole, sehingga tekanan masing-masing dapat berubah.
Diastole merupakan keadaan
dimana jantung berelaksasi atau istirahat.
Pada waktu diastole, kelenturan dinding di bagian pertama arteri
tersebut membantu mendorong ke arah bagian berikut dari arteri yang kemudian
menjadi lebar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Frandson (1992), bahwa pada waktu diastole tekanan emenurun sampai
mencapai titik terendah maka disebut diastole, sedangkan peristole merupakan
waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permukaan kontraksi ventrikel.
Tekanan darah pada setiap
individu berbeda-beda dan cenderung selalu berubah-ubah. Perbedaan tekanan darah tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya kekuatan jantung memompa darah dan banyaknya
darah dalam pembuluh darah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
tekanan darah yaitu jumlah darah dan aktivitas memompa jantung yaitu mendorong
sepanjang pembuluh darah dan tekanan aliran darah dan selanjutnya dikatakan
bahwa tekanan darah adalah gaya yang dilakukan oleh darah terhadap satuan luas
dinding pembuluh darah. Tekanan darah
normal pada pria yaitu 120/80 mmHg dan wanita 110/70 mmHg
Perbedaan tekanan darah yang
diperoleh pada percobaan tekanan darah disebabkan karena perbedaan aktivitas
pada saat pengukuran tekanan darah. Hal
ini sesuai pendapat Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang empengaruhi
tekanan darah yaitu (1) jumlah darah yang berada dalam peredaran darah, (2)
aktivitas memompa jantung yaitu mendorong darah sepanjang pembuluh darah, (3)
tekanan terhadap aliran darah.
Cara pengukuran tekana darah dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Hal ini
sesuai dengan pendapat Syaifuddin (2002), bahwa cara pengukuran langsung dengan
alat yang disebut spygnomanometer dan stetoskop yang dilakukan pada arteri
brachialis si lekuk siku yang biasa diraba dengan jelas, bunyi jantung dapat
diketahui dengan mendengarkan pukulan
pada arteri brachialis dimana bunyi pertama sebagai tekanan antara sistole dan
diastole disebut tekanan nadi. Sedangkan
secara tidak langsung menggunakan usaha pengontrolan yaitu dilakukan oleh
arteri yang paling kecil yaitu arteriol, dimana saat darah masuk ke dalam
kapiler tekanan tersebut mendapat sistole dan diastole dari aliran darah yang
dipercobakan.
F. Diferensiasi Leukosit
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan
diperoleh:
Gambar 6.
Hasil Pengamatan Diferensiasi Leukosit
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
|
Keterangan
: A. Netrofil
B. Basofil
C. Eosonofil
|
Sumber : Data
Hasil Praktikum Fisologi Ternak Dasar, 2006
Berdasarkan hasil praktikum diferensiasi leukosit maka
diperoleh hasil yang terlihat adalah sel darah putih yang memiliki granula yaitu
netrofil, basofil, dan eosonofil. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), bahwa sel darah putih bergranula
terdiri dari netrofil yang memiliki ciri berwarna hijau atau merah dalam
pewarnaan basah, jumlahnya terbanyak dibanding sel darah putih, merupakan garis
pertahanan tubuh untuk melawan infeksi dan bermigrasi ke daerah yang dikuasai
bakteri. Sedangakan eosonofil cirinya merupakan
leukosit yang bergranula berwarna merah dengan pewarnaan asam, jumlahnya sangat
sedikit, intinya punya dua lobus, sifatnya menghancurkan dan
detoksifikasi. Sedangakn basofil,
cirinya mengandung granula berwarna biru ditemukan sangat jarang dalam darah,
intinya berbentuk S, diduga menghasilkan koagulan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
-
Hemolisa terjadi karena tekanan
osmotik dalam sel lebih rendah dibanding di luar sel, sedangkan pada larutan
yang tekanan osmotiknya lebih rendah dari darah maka akan menyebabkan
terjadinya krenasi.
-
Tekanan osmotik eritrosit,
tekanan osmotik yang lebih rendah dari tekanan osmotik darah disebut larutan
hipotonis yang dapat menyebabakan sel darah merah mengalami hemolisa, sedangkan
tekanan osmotik yang lebih tinggi dari tekanan darah disebut hipertonis yang
dapat menyebabkan sel darah mengkerut dan larrutan yang tekanannya sama
dengqantekanan darah disebut larutan isotonis.
-
Golongan darah yang diperoleh
adalah golonga darah A dan B. Pada
manusia penggolongan darah didasarkan atas ada tidaknya aglutoinogen dan
aglutinin dalam darah. Ada empat macam golongan darah yaitu
A, B, AB, dan O. penggumpalan darah akan
terjadi apabila aglutinogen dari suatu golongan darah bertemu dengan aglutinin
golongan darah yang lain.
-
Tekanan
darah yang diperoleh pada pria pada saat terlentang yaitu 115/80, pada saat
duduk yaitu 130/83, dan pada saat berdiri yaitu 116,76 mmHg, sedangkan pada
wanita pada saat terlentang yaitu 110/73, pada saat duduk yaitu 110/86, pada
saat berdiri yaitu 113/83 mmHg. tekanan
darah normal l pada manusia dewasa yaitu
120/80 mmHg. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah darah yang ada di peredaran darah yang
dapat membesarkan pembuluh darah, aktivitas memompa jantung, dan tekanan
terhadap aliran darah.
-
Diferensiasi
leukosit, sel darah putih dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya granula dalam
sitoplasma leukosit yang memiliki granula (granulosit) dan terdiri dari
netrofil, basofil, dan eusonofil, sedangkan leukosit yang vtidak memiliki
granula (agranulosit) terdiri dari limfosit dan monosit.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D. 1992.
Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Guyton, C. R. 1991. Text
Book of Medical Physiology.
WBSounders Co, Philadelphia.
Sonjaya, H. 2005. Bahan
Ajar Fisilogi Ternak Dasar Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
___ . 2006. Penuntun
Praktikum Fisilogi Ternak Dasar Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Syaifuddin, B. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak untuk Sistem
Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Wulangi, S.K. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral PendidikanTinggi. Jakarta.
LAMPIRAN:
Lampiran 1. Hasil Perhitungan Tekanan Osmotik Eritrosit
N2 = N1 V1
V2
Keterangan :
N1 =
Konsentrasi awal NaCl
N2 = Konsentrasi akhir NaCl
V1=Volume awal larutan
V2= Volume akhir larutan
Penyelesaian :
|
Tabung I
N2 = 0,1
X 5
5
= 0,1%
Tabung II
N2 = 0,3 X 5
5
= 0,3%
Tabung III
N2 = 0,6
X 5
5
= 0,6%