BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia
merupakan mahluk sosial yang tentunya akan hidup secara sosial dan akan
berinteraksi sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia merupakan
untuk mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Adanya interaksi
tersebut, tentunya akan menimbulakan terjadinya pertukaran sosial, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan pendekatan ini akan dijelaskan fenomena
kelompok dalam lingkup-lingkup konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan
imbalan.
Untuk terjadinya
pertukaran sosial dalam interaksi sosial, tentunya diperlukan adanya peran bagi
subtansi struktural (lembaga) kemasyarakatan yang dalam hal ini berperan dalam
menampung mengembangkan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat demi pembangunan
dan pengembangan kehidupan masyarakat. Selain itu juga berperan dalam
meningkatkan kualitas, percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat,
menyusun rencana, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil
pembangunan secara partisipatif.
Terkait dengan masyarakat,
khususnya komoditas-komoditas peternak, tentunya interaksi sosial sangat
diperlukan oleh mereka. Dan untuk memahami pertukaran sosial yang terjadi
didalam interaksi sosial masyarakat, dalam hal ini adalah masyarakat komoditas
peternak, maka dilakukan praktek lapang sosiologi mengenai “PERTUKARAN
SOSIAL DALAM INTERAKSI SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KELEMBAGAAN
MASYARAKAT” di Kabupaten Sidrap.
1.2 Maksud
dan Tujuan
Maksud
dilaksanakan praktek sosiologi peternakan, yaitu untuk mempelajari bagaimana
pertukaran sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok serta
membandingkan antara teori yang diperoleh dilapangan.
Adapun tujuan
dilaksanakannya praktek lapang sosiologi peternakan, yaitu agar dapat
mengetahui pertukaran sosial dalam interaksi sosial individu dan kelompok dalam
kelembagaan masyarakat di pedesaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Ayam Petelur
Asal mula ayam
petelur berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan ukurannya
sedang. Tahun demi tahun ayam hutan dari berbagai wilayah didunia ini diseleksi
secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak.
Karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari
produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi
untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk
produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Persilangan dan seleksi itu
dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang
ini. Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab
dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang
mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Hingga akhir periode 1980-an,
orang Indonesia tidak mngenal banyak klasifikasi ayam (Rasyaf,2007).
Ayam yang
pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode itu adalah ayam ras petelur
white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipasti
orang terhadap daging ayam ras cukup lama sehingga menjelang akhir periode
1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus
untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna atau ayam petelur coklat mulai
menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempungyai
klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula
persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam
kampong. Sementara itu telur ayam kampong mulai terpuruk pada penggunaan resep
masakan tradisional saja. Persaingan ketat inilah yang menandakan maraknya
peternakan ayam petelur (Rasyaf,2007).
Ayam petelur
merupakan hasil rekayasa genetic berdasarkan karakter-karakter dari ayam-ayam
sebelumnya ada perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai
performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang
banyak. Salah satu keuntungan dari ayam petelur adalah produksi telurnya yang
lebih tinggi di bandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas lainnya
(Rasyaf, 2007).
Ayam petelur
dapat diharapakan hendak diambil telurnya untuk keperluan konsumsi harian harus
dipelihara dekat dengan pemeliharaannya sebagai wujud perhatian dan harapan
pemeliharaan telur agar muda diambil sehingga ia tidak dapat mencari makan
sendiri. Semua kebutuhan ayam dipenuhi oleh pemeliharaanya. Oleh karena itu,
pemeliharaan ayam sebaiknya mengetahui jenis makanan dan cara pemberiannya agar
ayam dapat berproduksi dengan baik. Makanan dapat dirancang sesuai dengan
kebutuhan ayam secara optimal. Untuk semua itu dibutuhkan beberapa faktor
produksi yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Tanah
atau areal untuk mengusahakan peternakan ayam. Tanah ini sebaiknya merupakan
lading bisnis yang menguntungkan dan mempunyai persyaratan teknis dan bisnis.
2.
Modal
kerja, modal ini untuk mengoperasikan peternakan hingga menjadi handal dalam
bisnis.
3.
Tenaga
kerja dan pengetahuan ikut menentukan kualitas suatu peternakan. (Rasyaf,
2007).
2.1
Pengertian Sosiologi
Suatu
defenisi tentang sosiologi adalah beraneka ragam, tetapi pada dasarnya
masing-masing pendapat menonjolkan segio kemasyarakat dari berbagai sudut baik
secara individu maupun kelompok. Untuk lebih mengenal apa sebenarnya sosiologi,
akan kami berikan beberapa defenisi sosiologi dari beberapa pendapat :
a.
Pitirim
Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
1.
Hubungan
dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya
antara gejala ekonomi dengan agama ; keluarga dan moral ; Hukum dan Ekonomi ;
gerak masyarakat dengan piltik ; dan lain sebagainya).
2.
Hubungan
dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non sosial (misalnya
gejala geografis, biologis dan sebagainya).
b.
Roucek
dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
anatara manusia dalam kelompok-kelompok.
c.
William
F. Ougburn dan mayer F Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian
secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
d.
J.
A. A Van Doorn dan C. J. Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang
bersifat stabil.
e.
Selo
Soemardjan dan Soeleman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu
masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya menurut Selo Soemardjan dan
soeleman soemardi, struktur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial
(norma-norma sosial), lembaga-lemabaga sosial kelompok-kelompok serta
lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbale balik antara segi
kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hokum
dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan
ekonomi dan lain sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri
ialah dalam hal terjadinya perubahan-perubahan didalam dalam hal terjadinya perubahan-perubahan di
dalam struktur sosial. (Soerjono, 1990).
2. 3 Pengertian Teori Pertukaran
Teori
pertukaran sosial menjelaskan bahwa dasar dari sebagian besar hubungan-hubungan
sosial, tetapi terdapat perbedaan yang mendasar diantara pertukaran seperti
yang terdapat dalam hubungan-hubungan intim dan pertukaran sebagaimana yang
terdapat dalam organisasi-organisasi yang kompleks. Beberapa dari perbedaan itu
ialah :
1.
Transaksi
dalam asosiasi tatap muka terjadi secara langsung; sedang dalam
kolektivitas-kolektivitas besar nilai sosial melainkan peranan penting dalam
menjabani struktur-struktur yang kompleks.
2.
Struktur
yang kompleks itu sebagaian terlembaga ; ” elemen-elemen instutisional yang
kukuh ini melancarakan hambatan-hambatan tradisional terhadap elemen lain
didalam kehidupan masyarakat”. Asosiasi tatap muka tidak memiliki kekuatan
memaksa yang demikian.
3.
Asosiasi
tatap-muka terdiri dari individu-individu ; komponen-komponen struktur yang
lebih besar juga merupakan struktur-struktur sosial. (Margaret, 2004).
Dalam hal ini dijelaskan
bahwa perilaku manusia ditingkat institusionak, tetapi teori dan
sub-institusional dan beruang lingkup mikro. (Margaret, 2004).
2.4 Munculnya
Teori Pertukaran Sosial Dan Tokoh Penggagasnya.
Semula George C. Homans tidak menaruh perhatian
masalah pertukaran sosial dalam mengadakan pendekatan terhadap masyrakat karena
pada awalnya ia mengerahkan perhatian pada “pendekatan fungsionalisme
structural”. Pendekatan fungsionalisme struktural ternyata mempunyai arti yang
sangat penting karena mampu member masukan terhadap teori sosiologi. Terutama
dalam hubungannya dengan struktur. Proses dan fungsi kelompok sebagaimana
tercantum dalam bukunya yang berjudul “The Human Group”. Menurut pendapatnya
analisis fungsionalisme struktural mempunyai manfaat untuk menemukan dan
memberikan uraian, akan tetapi pendekatan tersebut tidak mampu menjelaskan.
Selanjutnya berhubungan pendekatan fungsionalisme structural itu tidak dapat
menjelaskan berbagai macam hal maka menurut pendapatnya dianggap sebagai suatu
kegagalan (Afifuddin, 2011).
Berhubungan pendekatan fungsionalisme dianggap gagal
dalam memberikan fenomena-fenomena baru yang muncul dalam interaksi sosial di
masyarakat maka ia berusaha menyempurnakannya dengan prinsip-prinsip
“pertukaran sosial”. Berkenan dengan hal tersebut maka ia tinggalkan pendekatan
atau fungsionalisme structural dan selanjutnya mengetakan tentang pentingnya
pendekatan psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala sosial. (Afifuddin, 2011).
Teori pertukaran dipengaruhi oleh behaviorisme yang
sangat terkenal dalam psikologi. Ditinjau dari sejarah perkembangan teori,
behaviorisme, merupakan akar dari pertukaran. Membicarakan teori pertukaran
tidak akan lepas dari teori pilihan rasional yang membantu mengembangkan teori
pertukaran terutama kecenderungan mengamsumsikan actor rasional. Dalam
perkembangannya, teori ini dipengaruhi oleh aliran intelektual lain. Salah
satunya yang belakangan ini berkembang adalah jaringan hubungan sosial. Teori
jaringan memiliki kesamaan dengan teori pilihan rasional, walaupun teori
tersebut menolak asumsi rasionalitas manusia. Yang lebih menarik, ternyata
ketiga teori ini sama-sama masih berorientasi positivistic dimana paradigm
positivistic mendapatkan kritik hebat secara teoritis. (Yunindyawati, 2012).
Diawali dari pemikiran Burgess dan Baldwin (1969)
tentang behaviorisme yang menekankan perilaku actor dengan lingkungan dan
sebaliknya, Goerge Homans (1974) mengembangkan teori pertukaran sosial dengan
proposisi psikologis. Berbeda dengan Homans, Peter Blau (2964) memahami
struktur social berdasarkan analisis proses social yang mempengaruhi hubungan
antar individu dan kelompok (pertukaran pribadi ke struktur dari mmakro ke
mikro). Barry wellman (1983) memusatkan perhatian pada pola ikatan objektif
yang menghubungkan anggota masyarakat (janngah). Sementara Cook dan Whitmeyer
(1992) mengkombinasikan teori pertukaran social dan analisis jaringan.
Perkembangan terakhir teori pertukaran dalam buku ini digagas oleh James S. Coelman
(1990) tentang teori pilihan rasional (paradigm tindakan nasional) adalah satu
– satunya teori yang mungkin menghsilkan integrasi sebagai pardigma osiologi
(Yunindyawati, 2012).
2.5 Pertentangan
Teori Pertukaran Sosial Individualistis dan Kolektivitis
Pertentangan yang terjadi
ini merupakan akibat dari tumbuhnya
pertentangan antara orientasi individualistis dan kolektivitis. Homans
merupakan seseoarang yang sangat menekankan pada pendekatan individualistis terhadap
perkembangan teori social, hal ini tentunga berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss
yang bersifat kolektifitis khususnya mengenai perkawinan dan pola – pola
kekerabatan (Khasanalmuza, 2011).
Levi-Strauss
merupakan seorang ahli antropologi yang berasal dari Pranvis, ia mengembangkan
suatu perspektif teoritis mengenai pertukaran social dalam analisannya mengenai
praktik prkawinan dan system kekerabatan masyarakat- masyarakat primitive suatu
pola umum saudara ibunya. Satu pola yang jarang terjadi adalah orang mengawini
putri saudara bapaknya. Pola terkahir ini dianalisa lebih lanjut oleh Bronislaw
Malinowski dengan pertukaran non material.
Dalam
menjelaskan hal ini Levi-Strauss membedakan dua sistem pertukaran yaitu
restricted exchange dan generalized exchange. Pada restricted exchange, para anggota
kelompok yang terlibat dalam interaksi
pertukaran langsung masing- masing anggota pasangan tersebut saling memberikan dengan dasar
pribadi. Sedangkan pada generalized exchange, anggota- anggota suatu kelompok
triad atau yang lebih besar menerima sesuatu dari pasangan lain dari orang yang
diberikaan suatu yang berguna. Dalam pertukaran ini memberikan dampak pada
integritas dan solidaritas kelompok – kelompok yang kebih besar dengan cara
yang lebih efektif. Tujuan utama prises
pertukaran ini adalah tidak untuk memungkinkan pasangan – pasangan yang untuk
mengungkapkan komitmen moral individu tersebut kepada kelompok. Analisa
mengenai perkawinan dan perilaku kekerabatan
ini merupakan sebuah kritikan terhadap penjelasan Sir James Fazer
seorang ahli antropologi Inggris yang bersifat ekonomis mengenai pola – pola
pertukaran yang terjadi antara pasangan perkawinan dalam masyarakat primitive.
ü Kekuatan :
Pertukaran
sosial dapat digunakan untuk mempelajari interaksi dispektrum yang luas dari
hubungan romantic untuk hubungan kerja dalam organisasi . Pertama dijelaskan
oleh Homans pada tahun 1958, itu tetap merupakan teori yang relevan yang terus
menghasilkan penelitian baru.
ü Kelemahan
Salah
satu kelemahan dari teori ini adalah bahwa ia melihat interaksi manusia hanya
sebagai proses rasional, dengan focus pada formula ekonomi. Para kritikus
berpendapat bahwa karena teori pertukaran social focus pada hadiah biaya
keseimbangan itu tidak menjelaskan alasan lain dibalik bursa tertentu. Beberapa
juga tantangan apakah manusia benar- benar mengambil waktu untuk berpikir
tentang imbalan dan biaya saat memiliki dan pertukaran atau membentuk hubungan
(Khasanalmuza, 2011).
2.6
Pertukaran
Sosial dalam Interaksi Sosial ekonomi Kemasyarakatan
Teori
pertukaran social itu dilandasi pada prinsip “Trandaksi Ekonomi yang erlemenyer
(mendasar) dan interaksi social itu mirip dangan interksi ekonomi”. Dalam teori
pertukaran social menekankan adanya suatu konsekuensi dalam pertukaran baik
berupa ganjaran materil berupa barang maupun spiritual yang berupa pujian
(Afifuddin,2011).
Bagi
Homans, prinsip dasar pertukaran social adalah “distributive justice” yaitu
aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus sebanding dangan investasi.
Proposisi yang terkenal sehibungan dengan prinsip tersebut berbunyi :
“seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan
imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan, maka
semakin tinggi imbalannya dan keuntungan yang diterima oleh pihak harus
sebanding dengan investasinya. Semakin tinggi investasi maka semakin tinggi
keuntungan”. Inti dari teori pertukaran social adalah perilaku sosail seseorang
hanya bia dijelaskan oleh suatu yang bisa diamati, bukan oleh proses
mentalistik (black-box). Semua teori dipengaruhi oleh teori perspektif ini
menekankan hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan lingkungannya
(Afifuddin, 2011).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
PRAKTEK
3.1 Metodologi Praktek
3.1.1 Waktu dan Tempat
Praktek lapang sosiologi peternakan
dilaksanakan pada hari jum’at – minggu tanggal 13-15 April 2012 di desa Tanete
Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap (Sindereng Rappang).
3.1.2
Metode Praktek
Metode praktek yang digunakan pada praktek lapang
sosiologi peternakan di Desa Tanete, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap
yaitu wawancara, observasi dan kuestioner.
a. Wawancara
adalah proses penggalian informasi melalui Tanya jawab antara pewawancara
dengan narasumber.
b. Observasi
adalah proses mendapatkan informasi-informasi terhadap suatu proses atau objek
dengan meksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya.
c. Kuestioner
adalah suatu teknik pengempulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari
sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama
didalam organisasi yang terpengaruh oleh system yang diajukan atau system yang
sudah ada.
3.1.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada
praktek lapang sosiologi peternakan di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae
Kabupaten Sidrap yaitu :
a. Kualitatif
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data dekskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
b. Kuantitatif
yaitu penelitian yang melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu.
Penelitian kuantatif mencangkup setiap penilitian yang didasarkan atas
perhitungan presentase, rata-rata, kuadrat dan perhitungan statistic lainnya.
Sumber data yang digunakan pada
praktek lapang sosiologi peternakan di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae
Kabupaten Sidrap yaitu :
a. Data
primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli atau pertama melalui
narasumber yang tepat dan yang dijadikan responden dalam penelitian.
b. Data
sekunder yaitu data yang sudah tersedia. Sehingga datanya tinggal dicari dan
dikumpulkan. Misalnya di perpustakaan, perusahaan-perusahaan,
organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat statistic, dan kantor-kantor
pemerintahan.
3.2 Gambaran Umum Lokasi Praktek
v Batas-batas
Wilayah
Desa Tanete Kecamatan
Maritengngae Kabupaten Sidrap, Sulawesi selatan memiliki batas-batas wilayah
berdasarkan letak geografisnya, sebagai berikut :
·
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa/Kelurahan
Lautang Benteng.
·
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa/Kelurahan
Allakuang/Amparita.
·
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa/Kelurahan
Allakuang.
·
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa/Kelurahan
Ariawa.
3.2.1 Data Populasi Ternak
Adapun jenis dan
populasi berbagai jenis ternak yang dimiliki ataupun yang diusahakan oleh
masyarakat di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1 Data Populasi Ternak
No
|
Jenis
Ternak
|
Jumlah
(Ekor)
|
Persentase
(%)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Sapi
Kerbau
Kuda
Kambing
Ayam
ras petelur
Ayam
ras pedaging
Ayam
buras
Itik
Bebek
Manila/ Muscovy
|
-
-
-
-
5750
-
40
-
100
|
-
-
-
-
97.62
-
0.67
-
1.69
|
Jumlah
|
5890
|
100
|
Sumber : Data Primer Desa Tanete
Kecematan Maritengngae Kabupaten
Sidrap, 2012
Tabel 1, dapat dilihat
bahwa terdapat beraneka ragam jenis ternak di Desa Tanete Kecamatan
Maritengngae yaitu terdiri atas ternak unggas seperti ayam ras petelur, ayam
buras, dan bebek manila. Ternak yang memiliki populasi paling banyak adalah ayam
petelur yaitu 5750 ekor dan ternak yang
terkecil populasinya adalah ayam buras yaitu 40 ekor.
3.2.2
Data Luas Areal Pertanian
Adapun
areal pertanian yang dimiliki ataupun yang diusahakan oleh masyarakat di Desa
Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Data Luas Areal Pertanian
No
|
Jenis areal pertanian
|
Luas Lahan (Ha/m2)
|
Persentase (%)
|
1
2
3
4
|
Sawah
irigasi kering
Sawah
irigasi ½ teknis
Sawah
tadah hujan
Tanah
kerin/pemukiman
|
35
65
70
29
|
17.59
32.67
35.2
14.57
|
Jumlah
|
199
|
100
|
Sumber
: Data Sekunder Desa Tanete Kecematan Maritengngae Kabupaten Sidrap, 2012
Table 2, dapat dilihat
bahwa areal pertanian di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae didominasi oleh
areal persawahan yang luasnya mencapai 170 Ha/m2 sedangkan luas
tanah kering/pemukiman hanya 29 Ha/m2.
3.2.3 Data Distribusi Pekerjaan
Berdasarkan data
distribusi pekerjaan yang diperoleh dari setiap Desa Tanete Kecamatan
Maritengngae Kabupaten Sidrap sebagai berikut :
Tabel 3 Data Distribusi Pekerjaan
No
|
Jenis
Pekerjaan
|
Jumlah
(orang)
|
Persentase
(%)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Petani
Buruh
tani
Buruh
migrasi
PNS
Peternak
Nelayan
Polri
Pensiunan
PNS
|
65
25
14
88
171
10
3
16
|
16.58
6.37
3.57
22.44
43.62
2.55
0.76
4.08
|
Jumlah
|
392
|
100
|
Sumber
: Data Sekunder Desa Tanete Kecematan Maritengngae Kabupaten Sidrap, 2012
Dari table 3 diatas dapat di lihat
di Desa Tanete mayoritas penduduknya bekerja sebagai peternak yaitu bejumlah
171 orang. Sebagian penduduknya bekerja sebagai petani berjumlah 65 orang,
buruh tani 25 orang, buruh migrasi 14 orang, PNS 88 orang, nelayan 10 orang,
Polri 3 orang, dan pensiunan bejumlah 16 orang.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Jumlah Responden
Berdasarkan praktek lapang sosiologi Masyarakat
Pedesaan di peroleh 5 responden atas nama Samsul Bahri, Mawi, H. Sainong, Abdul
Hamid, dan Baharuddin.
3.3.2 Alamat Responden
Berdasarkan praktek lapang sosiologi
masyrakat pedesaan alamat dari 5 responden yaitu dusun I, II, dan III Desa
Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap.
3.3.3 Metode Wawancara
Berdasarkan metode wawancara yang
dilakukan di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap yaitu Indepth
interview dan alat komunikasi.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Karakteristik Responden
Masyarakat Desa Tanete ramah akan orang
pendatang, hal ini terbukti dengan kesediaan mereka untuk memberikan tempat
tinggal selama penelitian berlangsung. Dari hasil wawancara dengan beberapa
masyarkat Desa Tanete, diketahui bahawa mata pencaharian di desa ini dominan
sebagai peternak tapi ada juga mesyarakat yang bertani dan sebagai tukang kayu.
4.1.1
Umur
Umur merupakan salah
satu indikator kemampuan fisik seseorang. Seseorang yang memiliki umur lebih
muda cenderung akan memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dari pada mereka
yang memiliki umur yang lebih tua. Umur seorang dapat berpengaruh terhadap
produktifitas kerja, sebab umur erat kaitannya dengan kemampuan kerja serta
pola pikir dalam menentukan bentuk serta
pola manajemen yang diterapkan dalam usaha.
Klasifikasi responden
berdasarkan tingkat umur yang ada di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 Klasifikasi Responden
Berdasarkan Tingkat Umur
No
|
Tingkat
Umur (Tahun)
|
Jumlah
Responden
|
Persentase
(%)
|
||||||
1
2
3
4
5
|
29 – 39
40 - 50
51 - 60
61 - 70
71 – 80
|
1
3
-
1
-
|
|
||||||
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data Primer
Desa Tanete Kecematan Maritengngae Kabupaten
Sidrap, 2012
Dari table 4 diatas dapat
dilihat bahwa rata-rata pekerja di Desa Tanete Berkisar 40 – 50 tahun, dimana
umur itu mrupakan umur yang produktif. Begitu pun dengan umur 37 tahun. Sedangkan umur yang tertua hanya satu orang
yaitu H. Sainong 65 tahun ini disebabkan karna masyarakat pekerja di desa
Tanete masih mampu mengelola usaha dan pekerjaannya masing-masing.
4.1.2
Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang
akan dapat berdampak pada jenis pekerjaan yang
digelutinya. Produktivitas kerja seseorang dapat pula dipengaruhi oleh
faktor jenis kelamin. Adanya perbedaan fisik antara laki-laki dengan perempuan
tentunya akan berdampak pada hasil kerjanya.
Klasifikasi responden
berdasarkan jenis kelamin yang ada di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 Klasifikasi Responden
Berdasarkan jenis kelamin
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah (Orang)
|
Persentase (%)
|
1
2
|
Laki-laki
Perempuan
|
5
-
|
100
-
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data
Primer Desa Tanete Kecematan Maritengngae Kabupaten
Sidrap, 2012
Dari tabel 5 diatas
dapat dijelaskan bahwa semua responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 5 orang
atau sebesar 100%. Sedangkan responden perempuan tidak ada atau sebesar 0%. Hal
ini terjadi karena usaha ini membutuhkan tenaga kerja, namun tidak menutup
kemungkinan bagi kaum perempuan juga mampu melakukannya, mamun dalam
pengambilan responden saya tidak mendapatkan responden perempuan.
4.1.3
Pekerjaan
Pekerjaan merupakan
suatu kebutuhan hidup masyarakat dalam menunjang kehidupannya sehari-hari agar
dapat membiayai segala kebutuhan baik sandang, pangan dan papan. Adapun
pekerjaan masyarakat di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 7. Klasifikasi Responden
Berdasarkan Pekerjaan
No
|
Jenis
Pekerjaan
|
Jumlah
(Orang)
|
Persentase
(%)
|
1
2
3
4
|
Tukang
kayu
Wiraswasta
Petani
Peternak
|
1
1
1
2
|
20
20
20
40
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data Primer Desa Tanete
Kecematan Maritengngae Kabupaten
Sidrap, 2012.
Dari tabel 6 diatas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan yang digeluti
responden sebagain besar adalah peternak yaitu sebanyak 2 orang atau sebesar 40%. Hal ini hal ini di sebabkan potensi peternak
di Desa Tanete cukup tinggi.
4.1.4
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan
seseorang merupakan suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk
dapat menyelesaikan suatu jenis pekerjaan atau tanggung jawab. Dengan latar
belakang pendidikan seseorang dianggap mampu melaksanakan suatu pekerjaan
tertentu atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Klasifikasi responden
berdasarkan tingkat pendidikan yang ada di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 7. Klasifikasi Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
(Orang)
|
Persentase
(%)
|
1
2
3
|
SD
SMP
SMA
|
2
2
1
|
40
40
20
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data Primer Desa Tanete Kecematan
Maritengngae Kabupaten
Sidrap,
2012.
Dari tabel 7 diatas
dapat dijelaskan bahwa keadaan responden di Desa tanete Kecamatan Maritengngae
berdasarkan tingkat pendidikan yaitu mulai dari SD sampai SMA. Responden
terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan SD
dan SMP dengan jumlah 2 orang pada masing-masing tingkat pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
penduduk desa Tanete itu masih rendah.
4.1.5
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan
keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang dimiliki oleh responden di
Desa Tanete Kecamatan Maritengngae. Anggota keluarga tersebut baik keluarga
inti maupun keluarga batih. Anggota keluarga yang dimiliki dapat memberikan
dampak positif dalam pekerjaan karena anggota keluarga yang dimiliki tersebut
dapat digunakan sebagai tenaga kerja.
Klasifikasi responden
berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel 8. Klasifikasi Responden
Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga.
No
|
Jumlah Tanggungan (Orang)
|
Jumlah (Orang)
|
Persentase (%)
|
1
2
|
1 - 5
6 -10
|
5
-
|
100
-
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data Primer Desa Tanete Kecematan
Maritengngae Kabupaten
Sidrap, 2012.
Dari tabel 8 diatas
menjelaskan bahwa keadaan responden di Desa Tanete Kecamatan Maritengngae
berdasarkan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki yaitu antara 1 sampai 5
orang. Jumlah responden terbanyak yaitu responden yang
memiliki tanggungan 1 sampai 5 orang sebanyak 5 orang atau 100%. Sebagian besar pekerja di Desa Tanete
Kecamatan Maritengngae menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja. Sehingga banyaknya anggota keluarga dapat
mengurangi biaya tenaga kerja karena anggota keluarga dapat membantu dalam pekerjaan.
4.2.Kasus
yang diangkat
Dari
beberapa responden yang telah diwawancarai dengan berbagai tingkat perbedaan
dalam masyarakat di Desa Tanete kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap
diperoleh kasus sebagai berikut :
4.2.1
Tidak
mengikuti organisasi atau lembaga
Menurut H. Sainong (65 tahun) dan Abdul
Halik (41 tahun) alasan mereka tidak mengikuti organisasi atau lembaga yaitu
mereka sibuk dengan mengurus usaha ternaknya, selain itu mereka juga tidak
memiliki anak buah (pembantu dalam usaha ternak) karena mereka sulit dalm
mempercayai orang lain. Disamping itu usaha ternak yang dia miliki dalam skala
besar.
4.2.2
Sulitnya
masuk bantuan berupa pupuk ke penduduk
Menurut Baharuddin (37 tahun) adalah
seorang petani. Tujuan utama ia memasuki organisasi yaitu kelompok tani untuk
mendapatkan bantuan berupa pupuk. Tetapi didalam organisasi atau lembaga ada
terdapat kendala yaitu sulitnya masuk bantuan pupuk ke penduduk. Sulitnya masuk
pupuk tersebut di karenakan organisasi tersebut tidak menyampaikan atau
menginformasikan kepemerintah daerah. Adapun alasan mereka tidak
menyampaikannya ke pemerintah daerah yaitu semua anggota di dalam organisasi
tersebut sibuk dengan usaha mereka masing-masing.
4.3
Pembahasan
Kasus
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin.2011.Teori”Pertukaran Sosial”
dalam interaksi social oleh George C,Homans.http://auetmasterofeducation.blogspot.com/2011/09/analisis-teori-pertukaran-sosial-george.html.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2012
Khasanalmuza.2011. Teori
Pertukaran Sosial. http://khasanalmuza.blogspot.com/2011/12/pertukaran-sosial.html. Diaksses
pada tanggal 01 April 2012
Poloma, Margaret,M.2003.Sosiologi
Kontemporer.Jakarta : PT Raja Gravinado Persada.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Petelur. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Soerjono,
Soekanto. 1990. Sosiologi :
Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Yunindyawati.2012.Teori
Pertukaran.
http://Sosiokta sosio,blogspot.com/2012/12/02/teorti
pertukaran.html. Diakses
pada tanggal 28 Maret 2012.